Langsung ke konten utama

buat MenKes

Memperjuangkan Sistem Kesehatan yang Layak, Murah, dan Terjangkau di Indonesia
Oleh :Avina Nadhila Widarsa

Mungkin Anda masih ingat dengan kehebohan yang dibuat oleh Ponari, si dukun cilik yang bisa menyembuhkan orang yang sakit dengan batu ajaibnya. Batu tersebut dipercaya memiliki kekuatan sakti sehingga apabila seseorang mencelupkan batu yang berasal dari sambaran petir tersebut ke air yang akan diminumnya, maka ia akan sembuh dari segala penyakit yang diderita. Banyak orang percaya akan hal tersebut karena memang sudah terbukti bisa menyembuhkan beberapa penyakit. Namun, tidak sedikit orang yang malah akhirnya menjadi korban dari pengobatan Ponari. Lima orang diberitakan tewas akibat berdesak-desakan pada saat menunggu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari anak itu.
Kasus Ponari menjadi hal yang sangat ironi di tengah kemajuan teknologi abad ini., khususnya teknologi di bidang kesehatan yang sudah sedemikian berkembang. Ditemukannya vaksin-vaksin baru dan alat pendeteksi penyakit serta peralatan canggih lainnya yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia di bidang kesehatan seharusnya membuat pengobatan-pengobatan alternatif yang irasional sudah ditinggalkan sejak lama. Namun, yang menjadi masalah saat ini teknologi dan pelayanan kesehatan yang sangat canggih tersebut tidak dapat dinikmati semua kalangan. Hanya kalangan menengah ke atas lah yang dapat memperoleh akses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Pemerintah, khususnya Departemen Kesehatan memang telah membuat beberapa program agar masyarakat kelas menengah ke bawah juga dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas tersebut. Puskesmas-puskesmas dan beberapa posyandu sudah dibangun dan difungsikan di desa-desa seluruh Indonesia sejak lama. Rumah Sakit Umum Daerah juga telah beroperasi melayani masyarakat miskin dengan baik. Bahkan di DKI Jakarta, pelayanan kesehatan gratis bagi yang tidak mampu sudah diterapkan sejak lama di rumah sakit-rumah sakit umum.
Walaupun pemerintah telah menggalakkan berbagai program demi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia, tidak semuanya berjalan dengan baik. Persepsi masyarakat apabila berobat ke dokter ialah mahal, lama, dan sulit dijangkau. Mahal, karena biaya konsultasi dan obat yang diberikan oleh dokter jauh lebih besar dibandingkan menggunakan pengobatan alternatif. Lama, karena jika kita berobat ke klinik kesehatan ataupun puskesmas tidak bisa langsung mendapatkan hasil yang memuaskan. Membutuhkan waktu yang lama dalam hal administrasi, menunggu datangnya dokter, hingga pengambilan obat. Belum lagi apabila dokter yang bertugas jumlahnya hanya sedikit. Pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau di daerah-daerah terpencil khususnya, di mana dokter umum yang ada hanya datang seminggu sekali dan tidak ada puskesmas atau rumah sakit di sekitarnya membuta masyarakat tidak terlalu berharap dengan sistem pengobatan moderen.
Melihat kecenderungan masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah yang tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang memuaskan. Pemerintah seharusnya bekerja lebih keras untuk menciptakan sistem pelayanan kesehatan yang murah, layak, dan terjangkau di seluruh Indonesia. Pelayanan kesehatan yang murah berarti pelayanan yang tidak memberatkan biaya para pasien yang sakit dan jika perlu tidak dipungut biaya sama sekali apabila berobat ke puskesmas maupun klinik kesehatan. Namun, sistem pelayanan kesehatan yang murah juga harus memperhatikan kualitas pelayanan. Kelayakan kualitas pelayanan kesehatan juga harus diperhatikan apabila kita ingin meningkatkan mutu kesehatan masyarakat Indonesia. Jangkauan yang lebih luas di seluruh pelosok nusantara menjadi hal yang juga penting untuk diperhatikan demi meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia.
Oleh sebab itu, kita harus terus mendukung program pemerintah dalam menciptakan pelayanan kesehatan yang murah, layak, dan terjangkau. Memberikan saran dan masukan kepada pemerintah melalui media atau secara langsung juga dapat membantu terciptanya sistem pelayanan kesehatan yang baik. Selain itu, pengawasan dalam pelaksanaan program-program pemerintah juga harus kita perhatikan betul supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menurunkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Perhatian itu dapat kita tunjukkan dengan bersama-sama membuat kritik atau teguran secara langsung maupun tertulis melalui media massa atau langsung mendatangi pihak-pihak yang melakukan penyimpangan agar mereka sadar bahwa mereka telah salah. Jalur huku pun bisa dipakai apabila penyimpangan yang dilakukan benar-benar merugikan masyarakat seperti dalam kasus malpraktek yang dapat menghilangkan nyawa manusia. Hal ini dilakukan agar mereka sadar dan dapat memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat.

Dan yang terakhir dan terpenting ialah melakukan advokasi dan tindakan langsung kepada masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah agar peduli dengan kesehatan dan mau melakukan pengobatan di tempat-tempat yang memang seharusnya digunakan untuk melayani mereka. Penyadaran tentang pentingnya kesehatan juga harus dilakukan sejak dini agar mereka percaya dengan sistem medis yang moderen. Terjun langsung ke lapangan juga dapat kita lakukan seperti misalnya mengadakan bakti sosial pengobatan gratis di desa-desa terpencil atau di kalangan masyrakat miskin. Dengan hal-hal seperti itulah kita berusaha untuk memperjuangkan sistem pelayanan kesehatan yang murah, layak, dan terjangkau agar tidak terjadi lagi kasus-kasus Ponari lain di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Operasi Abses Kelenjar Bartholini

Assalamu'alaikum wr. wb. Apa kabar kawan2? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat serta tetap semangat menjalani aktifitas. Apa kabar saya? Alhamdulillah, keadaan saya hari ini jauh lebih baik dari kemarin maupun beberapa hari yang lalu. Teman2 yang baca postingan saya sebelumnya mungkin telah mengetahui bahwa beberapa hari ke belakang saya menderita suatu penyakit yang membuat saya susah duduk, bangun dan berjalan. Sampai - sampai saya harus masuk UGD untuk disuntik obat penghilang rasa sakit di pantat saking tidak tahannya. Ternyata, setelah pulang dari UGD, obat penghilang rasa sakit itu hanya bertahan satu malam. Keesokan harinya, saya mengalami sakit yang sama. Susah duduk, bangun dan berjan. Terkadang, rasanya perih sekali, sampai-sampai saya menangis karena tidak dapat menahan sakitnya. Namun, karena sudah diberikan salep dan obat penghilang rasa sakit beberapa saat sakitnya mereda. Bahkan dua hari kemudian saya memberanikan diri untuk pergi ke Jurong Point...

Hi, apa kabar?

 Hi Avina, apa kabar? Sedang tidak baik-baik saja. Baru saja skip sholat zuhur untuk acara makan di luar dan beli kopi #duh Iman gw lemah banget yak Padahal... bisa sholat dulu sebelum pergi Padahal.. bisa balik duluan Padahal.. bisa ga usah ikut aja Nyesel banget. Setiap gw sengaja sholat di akhir waktu, akhirnya jd mepet bahkan skip kayak sekarang. Astaghfirullahaladzim. Padahal hidup lagi sulit-sulitnya. Sulit berdamai sama diri sendiri. Sulit komunikasi sama si bos, dan pasangan. Sulit kontrol pengasuhan anak. Etc etc. the list goes on. Banyak mimpi tapi nol aksi, haha. pengen nangis sekarang, mata udah berkaca-kaca nulis ini. Gw pengen resign tapi belum dapet kerjaan, apa kabar KPA 230jt hahahaha. Ga semangat buat ngejar mimpi lanjut PhD Ga semangat buat rutin olahraga padahal udh sign up gym buat 6 bulan. Lost banget di kantor, ilang 10 jam lebih ga sama anak tp ga ada hasil dan bermanfaat. Huhu. ya Allah, maafin hamba...

6 day to Graduation Day

Salam.... Hey all, what's up? I've been had a great time since my last post about "skripsi". Apparently, I had to work so hard (and so fast) to revise my thesis. Alhamdulillah, I made it on time with satisfactory result :) whilst it was so "rempong" to make a hardcover and get the signatories... The result itself was not a straight A (it was so close, just 0,44 again to get A score), but than it's okay for me. Alhamdulillah :D Ok, so now I am waiting for my convocation day (graduation ceremonial) which will be held 6 days later. Well, I'm not quite enthusiastic about this graduation day, realizing that it is just a ceremonial phase and I have to do "make up", dressing, high-heels-ing, etc. But, I can't deny that I am so happy, trying my "toga" made me just want to cry, feels like this time just run so quick and now I am not an undergraduate student anymore... Yes, I do believe that graduation is not the end. It ju...