Langsung ke konten utama

SUARA MAHASISWA, Pro dan Kontra Bantuan Luar Negeri

SUARA MAHASISWA, Pro dan Kontra Bantuan Luar NegeriPDFPrint
Monday, 08 November 2010
DUA bencana alam yang terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan di Indonesia telah menarik perhatian dunia internasional.

Dahsyatnya tsunami dan gempa bumi yang terjadi di Kepulauan Mentawai setidaknya telah menelan lebih dari 445 orang tewas. Selain itu, aktivitas Gunung Merapi yang semakin berbahaya dalam beberapa hari terakhir menyebabkan lebih dari 69 korban jiwa dan puluhan ribu lainnya mengungsi ke tempat yang lebih aman.Adanya dua bencana tersebut menyebabkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Uni Eropa,Thailand,Australia hingga Selandia Baru berlomba menawarkan bantuan luar negeri kepada pemerintah Indonesia sebagai upaya tanggap bencana.

Pada awalnya,Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menolak bantuan dari pihak asing tersebut dengan alasan pihak dalam negeri masih sanggup melakukan upaya tanggap bencana sendiri. Beberapa hari kemudian, pemerintah meralat pernyataannya dengan membuka keran bantuan luar negeri untuk korban bencana tsunami di Mentawai,namun hanya terbatas pada usaha rekonstruksi pasca tsunami. Penolakan pemerintah terhadap bantuan luar negeri sebagai upaya tanggap bencana memang memiliki alasan yang cukup kuat, mengingat bantuan luar negeri merupakan suatu hal yang mengundang kontroversi.

Pemahaman mengenai bantuan luar negeri cenderung menghasilkan multiinterpretasi dalam arti apakah bantuan luar negeri merupakan perpanjangan tangan dari kebijakan luar negeri sebuah negara dengan tujuan tertentu ataukah murni sebagai sebuah bantuan yang ditujukan atas dasar kemanusiaan. Menurut Louis Picard,bantuan luar negeri dapat dilihat sebagai sebuah pola kekuatan struktural dalam sebuah sistem global. Picard mengatakan bahwa bantuan luar negeri pada dasarnya sama seperti diplomasi,propaganda, atau aksi militer,semuanya dapat digunakan sebagai instrumen oleh para pembuat kebijakan suatu negara untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Salah satu tujuan negatif bantuan luar negeri adalah membuat ketergantungan negara penerima bantuan terhadap negara pemberi bantuan.

Di sisi lain,bantuan luar negeri terbukti sangat membantu dalam usaha tanggap bencana dan rekonstruksi kembali pasca bencana.Rekonstruksi Aceh pascatsunami yang dilakukan oleh lembaga-lembaga donor asing merupakan suatu contoh sukses bantuan luar negeri yang berperan dalam upaya rehabilitasi pasca bencana. Setelah enam tahun pascatsunami, terlihat Aceh saat ini sudah kembali normal berkat bantuan luar negeri. Dari sekian banyak bantuan yang datang ke Aceh, penyumbang bantuan terbesarnya adalah USAID, agen internasional Pemerintah Amerika Serikat untuk pembangunan internasional.

Penulis sendiri berpendapat bahwa adanya tawaran bantuan luar negeri sebagai upaya tanggap bencana ini haruslah dilihat sesuai kondisi. Artinya, jika memang pemerintah dan pihak dalam negeri tidak sanggup menanggulangi bencana sendiri, keberadaan bantuan luar negeri tentu akan sangat membantu sebagai upaya cepat tanggap bencana.

Sebaliknya, jika memang pemerintah merasa pihak dalam negeri sudah mampu cepat tanggap dalam upaya penanggulangan bencana, bantuan luar negeri sebaiknya dihindari. Karena itu, diperlukan para pembuat kebijakan yang mampu untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam menanggapi tawaran bantuan luar negeri tersebut sebagai usaha tanggap bencana di Indonesia.(*)

Avina Nadhila Widarsa
Mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Operasi Abses Kelenjar Bartholini

Assalamu'alaikum wr. wb. Apa kabar kawan2? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat serta tetap semangat menjalani aktifitas. Apa kabar saya? Alhamdulillah, keadaan saya hari ini jauh lebih baik dari kemarin maupun beberapa hari yang lalu. Teman2 yang baca postingan saya sebelumnya mungkin telah mengetahui bahwa beberapa hari ke belakang saya menderita suatu penyakit yang membuat saya susah duduk, bangun dan berjalan. Sampai - sampai saya harus masuk UGD untuk disuntik obat penghilang rasa sakit di pantat saking tidak tahannya. Ternyata, setelah pulang dari UGD, obat penghilang rasa sakit itu hanya bertahan satu malam. Keesokan harinya, saya mengalami sakit yang sama. Susah duduk, bangun dan berjan. Terkadang, rasanya perih sekali, sampai-sampai saya menangis karena tidak dapat menahan sakitnya. Namun, karena sudah diberikan salep dan obat penghilang rasa sakit beberapa saat sakitnya mereda. Bahkan dua hari kemudian saya memberanikan diri untuk pergi ke Jurong Point...

Hi, apa kabar?

 Hi Avina, apa kabar? Sedang tidak baik-baik saja. Baru saja skip sholat zuhur untuk acara makan di luar dan beli kopi #duh Iman gw lemah banget yak Padahal... bisa sholat dulu sebelum pergi Padahal.. bisa balik duluan Padahal.. bisa ga usah ikut aja Nyesel banget. Setiap gw sengaja sholat di akhir waktu, akhirnya jd mepet bahkan skip kayak sekarang. Astaghfirullahaladzim. Padahal hidup lagi sulit-sulitnya. Sulit berdamai sama diri sendiri. Sulit komunikasi sama si bos, dan pasangan. Sulit kontrol pengasuhan anak. Etc etc. the list goes on. Banyak mimpi tapi nol aksi, haha. pengen nangis sekarang, mata udah berkaca-kaca nulis ini. Gw pengen resign tapi belum dapet kerjaan, apa kabar KPA 230jt hahahaha. Ga semangat buat ngejar mimpi lanjut PhD Ga semangat buat rutin olahraga padahal udh sign up gym buat 6 bulan. Lost banget di kantor, ilang 10 jam lebih ga sama anak tp ga ada hasil dan bermanfaat. Huhu. ya Allah, maafin hamba...

6 day to Graduation Day

Salam.... Hey all, what's up? I've been had a great time since my last post about "skripsi". Apparently, I had to work so hard (and so fast) to revise my thesis. Alhamdulillah, I made it on time with satisfactory result :) whilst it was so "rempong" to make a hardcover and get the signatories... The result itself was not a straight A (it was so close, just 0,44 again to get A score), but than it's okay for me. Alhamdulillah :D Ok, so now I am waiting for my convocation day (graduation ceremonial) which will be held 6 days later. Well, I'm not quite enthusiastic about this graduation day, realizing that it is just a ceremonial phase and I have to do "make up", dressing, high-heels-ing, etc. But, I can't deny that I am so happy, trying my "toga" made me just want to cry, feels like this time just run so quick and now I am not an undergraduate student anymore... Yes, I do believe that graduation is not the end. It ju...