Di awal kuliah, sampai tahun kedua, gw membayangkan skripsi yang akan gw tulis akan bombastis. Gw tadinya mau nulis tentang “Hubungan Indonesia - Arab Saudi”, dianalisis pake comparative advantage Indonesia yang punya komoditas TKI/TKW dengan Arab Saudi yang menjadi tujuan haji.
Gw pengen ngangkat tema tentang haji karena gw pikir bakalan gampang ngebuat dan ngambil data-datanya. Toh, nyokap gw kerja di kementrian agama bagian haji. Gw juga ngebayangin kalo gw jadi ngambil skripsi tentang haji, gw pengen sekalian ‘turlap’ mengenapkan rukun islam yang kelima itu…
hehehe
Sayangnya, masalah Haji dan Arab Saudi less significant kalo dilihat dari sudut pandang HI. Mungkin bisa sih, tapi, ya agak males juga sih bahasnya pasti lebih cenderung deskriptif. Apalagi setelah gw ambil mata kuliah dinamika kawasan timur tengah. Masalah utama di sana cuma tentang MINYAK.
Di tahun-tahun awal gw kuliah juga gw sangat terobsesi dengan isu mastrans, khususnya gender dan lingkungan. Harusnya gw ngambil cluster mastrans dong? Tapi, di tahun ketiga, setelah gw mempertimbangkan banyak hal, terutama pertimbangan rasional-oportunis, gw akhirnya mengambil cluster ekonomi politik internasional. Target gw bikin skripsi tentang gender dan women’s right di Arab sana pupus sudah…
Menginjak tahun ketiga, gw udah mulai kenal ekopolin dan tertarik mengkaji lebih dalam. Gw pun bercita-cita skripsi gw akan berhubungan sama kerjasama pemerintah Indonesia yang membolehkan MNC ekstraktif mengeruk kekayaan alam Indonesia demi keuntungan mereka sendiri. Gw pengen banget neliti masalah tentang Blok Cepu atau Freeport. Waktu itu, jaman gw di kastrat - pusgerak, saat-saat nasionalisme paling tinggi pas mahasiswa. Pas banget apalagi gw ambil kajian ekopolin. Alternatif topik yang gw ajukan adalah tentang pembangunan internasional, MDGs, dan pelaksanaannya di Indonesia.
Sayangnya, dari kesemua topik itu ngga ada yang berlanjut hingga jadi topik skripsi gw. Akhirnya, gw jatuh hati sama topik ECFA, sebuah perjanjian kerangka kerjasama ekonomi Cina-Taiwan yang secara nilai ekonomi menguntungkan Taiwan jauh lebih banyak daripada Cina.
Ini topik yang pernah gw bahas pas semester 5, pas gw jadi kelompok counter review dinamika Asia Timur. Topik ini juga pernah dibuat makalahnya sama temen gw di kelas Rezim Perdagangan Internasional. Berbekal pengetahuan gw yang minim tentang Cina (dan nilai minim di mata kuliah kebijakan luar negeri dan keamanan Cina), akhirnya gw nekat ambil topik ini jadi topik skripsi gw.
Emang sih, jadinya topik ini akan biasa aja, gak sebombastis atau seunik topik2 yang pernah gw pikirin. Tapi, mudah-mudahan ini menjadi karya terbaik gw selama S1 di HI UI….
amin…
Komentar