Kemarin saya baru kenalan dengan Mbak Margie, yang baru saja diterima menjadi salah satu Research Analyst di RSIS.
Beliau ini adalah lulusan Mechanical Engineering di NUS, yang kemudian melanjutkan masternya di Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN) dan King's College, London. Sebagai peraih dua gelar master dan lulusan Teknik Mesin di NUS, tentu saja keahlian dan tingkat kecerdasan beliau tidak usah kita pertanyakan lagi.
Sayangnya, di usia mbak Margie yang mungkin 10 tahun di atas saya, beliau masih single. Pernyataan ini tiba-tiba terlontar, setelah pak Ardian, rekan saya dari TNI bertanya, apakah setelah ini mau melanjutkan S3 langsung atau ke mana. Mbak Margie yang mungkin terdesak oleh social pressure dan merasa membutuhkan seorang pendamping dengan segera menjawab, "tentu saja menikah dulu Pak..."
Diskusi pun berlanjut dengan tanggapan Pak Paulus, salah seorang rekan dari TNI juga yang berkelakar, "wah, sudah punya 2 gelar master agak susah lho Mbak untuk mencari yang sesuai (pantas dan se'kufu'), laki-laki mana berani untuk melamar gadis yang lebih 'tinggi' dari dia..."
Hmm... sebetulnya saya ingin menimpali pendapat Pak Paulus, sebab saat ini masih banyak laki-laki (Indonesia) yang sudah memegang (sedang menempuh pendidikan) S3 dan saya rasa tingkat pendidikan tidak menjadi masalah dalam hal mencari pasangan. Ya, asalkan tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda ya.
Ah, lagi-lagi saya teringat pembicaraan dengan beberapa teman FIM ketika di Maleber, yang mengingatkan saya agar "segera menikah" sebelum menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S3). Saya sendiri sempat mengubah pemikiran saya untuk tidak terlalu mengejar karir dan pendidikan melainkan fokus untuk "mempersiapkan diri" menuju jenjang pernikahan. hahaha.
Tapi, lagi-lagi, saya rasa menunda melanjutkan karir/pendidikan untuk menikah adalah hal yang wajar. Itu adalah pilihan masing-masing orang. Sampai saat ini, saya tidak strict dan menutup diri agar harus S3 dulu baru menikah atau sebaliknya. Memang, dalam life plan saya, saya ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan menyelesaikan dengan cepat sehingga ketika saya berkeluarga nanti saya sudah selesai dengan kewajiban saya di dunia akademik. Saya rasa saat ini saya tidak terlalu pusing dengan pilihan menikah atau S3 dulu, sebab saya yakin bahwa hidup ini dinamis dan belajar adalah proses yang berkesinambungan seumur hidup. Walaupun saya sudah meraih gelar S3 nantinya, saya tetap harus belajar di mana pun, dari mana pun, dan kapan pun.
Lain halnya soal menikah. Menikah itu pilihan dan sampai saat ini pilihan tersebut belum menjadi prioritas bagi diri saya. Kalau pada saat ini saya mendapatkan tawaran S3, tentu saja akan saya ambil langsung sebab saat ini belum ada yang memberikan tawaran untuk menikah dengan saya #eh. hahaha.
Intinya, mau menikah dulu, karir dulu, atau kuliah dulu semuanya tergantung pilihan dan kesempatan. Satu hal yang perlu diingat, Allah akan memberikan kita pilihan dan kesempatan jika memang kita dirasa layak untuk mendapatkannya. Niatkan semua yang kita lakukan hanya untuk mengejar ridha dan beribadah kepadaNya. Insya Allah semua yang kita kerjakan akan bernilai pahala dan berkah :)
Have a nice day :)
Beliau ini adalah lulusan Mechanical Engineering di NUS, yang kemudian melanjutkan masternya di Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN) dan King's College, London. Sebagai peraih dua gelar master dan lulusan Teknik Mesin di NUS, tentu saja keahlian dan tingkat kecerdasan beliau tidak usah kita pertanyakan lagi.
Sayangnya, di usia mbak Margie yang mungkin 10 tahun di atas saya, beliau masih single. Pernyataan ini tiba-tiba terlontar, setelah pak Ardian, rekan saya dari TNI bertanya, apakah setelah ini mau melanjutkan S3 langsung atau ke mana. Mbak Margie yang mungkin terdesak oleh social pressure dan merasa membutuhkan seorang pendamping dengan segera menjawab, "tentu saja menikah dulu Pak..."
Diskusi pun berlanjut dengan tanggapan Pak Paulus, salah seorang rekan dari TNI juga yang berkelakar, "wah, sudah punya 2 gelar master agak susah lho Mbak untuk mencari yang sesuai (pantas dan se'kufu'), laki-laki mana berani untuk melamar gadis yang lebih 'tinggi' dari dia..."
Hmm... sebetulnya saya ingin menimpali pendapat Pak Paulus, sebab saat ini masih banyak laki-laki (Indonesia) yang sudah memegang (sedang menempuh pendidikan) S3 dan saya rasa tingkat pendidikan tidak menjadi masalah dalam hal mencari pasangan. Ya, asalkan tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda ya.
Ah, lagi-lagi saya teringat pembicaraan dengan beberapa teman FIM ketika di Maleber, yang mengingatkan saya agar "segera menikah" sebelum menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi (S3). Saya sendiri sempat mengubah pemikiran saya untuk tidak terlalu mengejar karir dan pendidikan melainkan fokus untuk "mempersiapkan diri" menuju jenjang pernikahan. hahaha.
Tapi, lagi-lagi, saya rasa menunda melanjutkan karir/pendidikan untuk menikah adalah hal yang wajar. Itu adalah pilihan masing-masing orang. Sampai saat ini, saya tidak strict dan menutup diri agar harus S3 dulu baru menikah atau sebaliknya. Memang, dalam life plan saya, saya ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan menyelesaikan dengan cepat sehingga ketika saya berkeluarga nanti saya sudah selesai dengan kewajiban saya di dunia akademik. Saya rasa saat ini saya tidak terlalu pusing dengan pilihan menikah atau S3 dulu, sebab saya yakin bahwa hidup ini dinamis dan belajar adalah proses yang berkesinambungan seumur hidup. Walaupun saya sudah meraih gelar S3 nantinya, saya tetap harus belajar di mana pun, dari mana pun, dan kapan pun.
Lain halnya soal menikah. Menikah itu pilihan dan sampai saat ini pilihan tersebut belum menjadi prioritas bagi diri saya. Kalau pada saat ini saya mendapatkan tawaran S3, tentu saja akan saya ambil langsung sebab saat ini belum ada yang memberikan tawaran untuk menikah dengan saya #eh. hahaha.
Intinya, mau menikah dulu, karir dulu, atau kuliah dulu semuanya tergantung pilihan dan kesempatan. Satu hal yang perlu diingat, Allah akan memberikan kita pilihan dan kesempatan jika memang kita dirasa layak untuk mendapatkannya. Niatkan semua yang kita lakukan hanya untuk mengejar ridha dan beribadah kepadaNya. Insya Allah semua yang kita kerjakan akan bernilai pahala dan berkah :)
Have a nice day :)
Komentar