“Takkan lari gunung dikejar”
Peribahasa yang cukup akrab di telinga khalayak ini sedikit banyak menggambarkan pemikiran saya tentang topik yang akan saya bahas pada tulisan ini: mengejar lelaki.
Saya kira setiap orang memiliki naluri untuk hidup secara berpasangan. Pun dengan mereka yang saat ini mengatakan “tidak ingin menikah terlebih dahulu”, “mau fokus berkarir” atau “mau sekolah dulu”, saya kira tidak ada orang yang “sambil sekolah/bekerja” tidak “mencari”. Yeah, mencari pacar atau calon pasangan untuk hidup bersama, terlepas orientasi seksualnya terhadap lawan jenis atau sesama jenis.
Pardon me, tulisan ini memang akan menggunakan bahasa yang mungkin tidak enak dilihat atau dibaca. Jadi, bagi anda yang merasa atau mau hidup “lurus-lurus” saja, silahkan tinggalkan halaman ini dan pergi ke halaman lainnya.
Hukum alam berkata, dalam prinsip mencari pasangan hidup, lelaki lah seharusnya pihak yang “mengejar” bukan pihak yang “terkejar”. Perempuan seharusnya menunggu pihak lelaki mendekati dan kemudian memutuskan apakah dia mau dengan si A, si B, atau si C.
Namun, realita berkata, tidak semua laki-laki bisa take action duluan. Semua laki-laki akan melihat dan mengobservasi terlebih dahulu, kemudian mencari celah untuk mereka mendekati perempuan tersebut. Ada yang agresif, ada juga yang malu-malu.
Laki-laki yang pemalu, pendiam, dan takut untuk ditolak biasanya punya waktu observasi yang lebih lama dalam jangka waktu tahun atau bahkan puluhan tahun sebelum akhirnya berani mendekati wanita tersebut atau mengikhlaskan pujaan hatinya bersama laki-laki lain.
Perempuan, di satu sisi, dituntut oleh masyarakat (pada umumnya) untuk menikah cepat, menjadi Ibu rumah tangga yang baik dan merawat anak yang banyak. Fitrah perempuan untuk tidak mendekati laki-laki, pada akhirnya berubah karena tekanan psikologis-sosial-budaya. Perempuan harus menikah SECEPATNYA! Kalau belum menikah sampai umur 30 tahun = perawan tua.
Mau tidak mau, perempuan harus melakukan upaya untuk mendapatkan pasangan hidup yang pas. Caranya? Ya, dengan mengejar lelaki. Sesuatu yang menurut hukum alam tidak biasa. Namun, hal ini pada akhirnya menjadi biasa karena sudah banyak dipraktekan walaupun hasilnya terkadang tidak sesuai harapan.
Saya rasa, mengejar lelaki adalah suatu hal yang tidak perlu dilakukan oleh perempuan. Laki-laki yang nalurinya “mengejar” akan merasa tersaingi jika si perempuan cenderung dominan dan agresif. Se-cinta2-nya seorang perempuan terhadap seorang laki-laki, menurut hemat saya, mengejar laki-laki tersebut bukanlah sesuatu yang bijak. Sebab hal tersebut akan menurunkan derajat perempuan. Perbuatan seperti itu juga bisa jadi sebuah hal yang sia-sia, jika pada akhirnya lelaki hanya akan menjebak dan memainkan perasaan perempuan.
Defaultnya laki-laki, kita tahu bersama, hanya ada dua: homo dan brengsek. Apakah perempuan mau mengejar kedua lelaki dengan sifat tersebut? Saya rasa perempuan normal pasti tidak akan mau mengejar salah satu di antara keduanya. Sementara kedua hal ini yang akan kita temui pada kebanyakan lelaki di dunia.
Walaupun nalurinya laki-laki yang mengejar, bukan berarti mereka tidak suka dikejar. Mereka bahkan suka sekali dikejar. Ketika ada perempuan yang mendekati mereka, laki-laki bisa menjadikan hal tersebut sebagai prestasi untuk mengukur tingkat kegantengan dan kekerenan mereka. Laki-laki yang brengsek tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan tersebut begitu saja. Ia akan segera merespon dan “menyayangi" si perempuan tersebut dalam beberapa waktu, sebelum akhirnya melukai perasaan dan bahkan fisik si perempuan.
Sementara, laki-laki yang homo cenderung lebih halus sikapnya dan berusaha menghindari perempuan tersebut. Ya, karena mereka tidak tertarik untuk berhubungan dengan lawan jenis. Namun, ada juga yang memanfaatkan situasi tersebut untuk menutupi kenyataan bahwa dia berbeda dari orang kebanyakan.
Jadi, apa yang bisa dilakukan perempuan? Hanya menunggu dan menunggu? Saya rasa, pilihan terbaik saat ini adalah menjadi orang yang keren terlebih dahulu dan berdoa supaya segera dipertemukan dengan laki-laki yang tepat.
Karena saya percaya, perempuan yang high quality tidak akan jomblo. Laki-laki yang baik, pasti akan punya nyali untuk mendekati dan tidak perlulah kaum perempuan mengejar sesuatu yang pada akhirnya akan datang kepada kita di saat yang tepat. Sebab, tidak akan lari laki-laki dikejar.
The writer opens the room for discussion and debate on this note.
Komentar