Beberapa waktu yang lalu saya baru saja menolak (untuk yang kedua kalinya) sebuah tawaran pekerjaan, menjadi staf pengajar tetap di salah satu universitas swasta di Jakarta. Alhasil, saya di-black list oleh universitas tersebut untuk menjadi staf pengajar.
Setiap keputusan pasti punya konsekuensi. Konsekuensi saya menolak pekerjaan itu adalah tidak ada lagi kesempatan bagi saya mengajar di sana.
Lalu, bagaimana soal Jodoh?
Saya rasa pekerjaan yang termasuk bagian dari rezeki adalah juga soal jodoh.
Jodoh bukan hanya semata soal pasangan hidup. Semua rezeki yang kita dapatkan saya rasa termasuk bagian dari jodoh.
Well, saya pernah menolak jodoh (pekerjaan). Saya juga pernah sih menolak jodoh (laki-laki).
Saya sendiri sekarang sedang berusaha menyusun kriteria yang pas untuk pendamping hidup sekaligus mengejar mimpi: menjadi diplomat.
Ya, semoga menjadi diplomat benar-benar jodoh saya (dan suami saya kelak).
:D
Setiap keputusan pasti punya konsekuensi. Konsekuensi saya menolak pekerjaan itu adalah tidak ada lagi kesempatan bagi saya mengajar di sana.
Lalu, bagaimana soal Jodoh?
Saya rasa pekerjaan yang termasuk bagian dari rezeki adalah juga soal jodoh.
Jodoh bukan hanya semata soal pasangan hidup. Semua rezeki yang kita dapatkan saya rasa termasuk bagian dari jodoh.
Well, saya pernah menolak jodoh (pekerjaan). Saya juga pernah sih menolak jodoh (laki-laki).
Saya sendiri sekarang sedang berusaha menyusun kriteria yang pas untuk pendamping hidup sekaligus mengejar mimpi: menjadi diplomat.
Ya, semoga menjadi diplomat benar-benar jodoh saya (dan suami saya kelak).
:D
Komentar