Gw hidup di zaman kemajuan teknologi lebih cepat dari kebijaksanaan berpikir manusia-manusia modern. Ketika lo berusia 29 tahun, masih single, tidak menunjukkan adanya tanda-tanda menikah dalam waktu dekat, plus badan lo termasuk kategori "super plus size", kira-kira apa yang keluarga dekat lo komentari tentang lo?
Sebagai seorang idealis, gw kecewa untuk setiap pernyataan dan komentar (yang gw anggap) menyakitkan, se-simple "tidak memberikan apresiasi terhadap makanan yang gw berikan" atau bahkan "memforward foto dan kontak orang yang ga mereka kenal"supaya gw bisa kenalan sama orang tersebut, siapa tahu jodoh, katanya.
Yak, orang-orang yang dianggap (menganggap diri mereka) dekat sama kita berusaha, berlomba menasehati, memaksakan kehendak hingga menekan, supaya kita cepat nikah, cepat punya jodoh, cepat kurus, dan lain-lain.
Sebagai seorang idealis, gw kecewa untuk setiap pernyataan dan komentar (yang gw anggap) menyakitkan, se-simple "tidak memberikan apresiasi terhadap makanan yang gw berikan" atau bahkan "memforward foto dan kontak orang yang ga mereka kenal"supaya gw bisa kenalan sama orang tersebut, siapa tahu jodoh, katanya.
Gosh.
I am tired.
Sick!
Gw capek hati, gw kesel. Why don't they try to understand me?
After all this "pleasure" things that I gave to them, why don't they please me back?
Hell yeah.
My fault.
I am a default people pleaser who ignore my self interest. Komentar orang lain, sering kali, jika tidak selalu, menjadi bahan gw untuk bertindak, berpikir dan merasa.
Yes, lo ga salah baca. Gw ga suka dengan konflik, hence I intend to give everything to avoid conflict, even it hurts me deep down inside.
And I am sure, ga ada yang baca ini juga sih, orang-orang yang merasa udah ngasih yang terbaik buat gw, padahal, kenal gw aja ngga.
I am tired.
To watch more on people pleaser: https://greatmind.id/article/on-marissa-s-mind-people-pleaser
Komentar